Selasa, 12 Oktober 2010

Perfilman Indonesia

Mungkin, kamu bertanya-tanya, siapa sebenarnya tokoh yang bernama Usmar Ismail? Beliau dikenal sebagai bapak perfilman Indonesia. Seniman serba bisa yang punya nama besar pada zamannya adalah seorang penyair, wartawan, sutradara, dan pembuat film terkemuka Indonesia.

Ini dia Bapak Perfilman Indonesia, Umar Ismail
Beliau mewariskan karya-karya dalam bidang seni dan budaya, salah satunya film Darah dan Doa yang dijadikan awal tercetusnya Hari Film Nasional. Ia adalah sosok pejuang bagi perfilman Indonesia. 

Usmar Ismail menunjukkan bakat dalam bidang seni sejak kecil. Usmar seringkali membuat puisi, naskah drama, hingga cerpen. Ketertarikan itu semakin dibuktikan tahun 1943. Saat itu, Usmar bersama Rosihan Anwar dan Abu Hanifah mendirikan perkumpulan sandiwara Maya. 

Sandiwara Maya pun dianggap sebagai pelopor lahirnya Teater Koma. Kemampuan Usmar Ismail tidak hanya berhenti di dunia drama. Di tahun revolusi Usmar Ismail memasuki dinas ketentaraan dan aktif di bidang wartawan. 

Bersama dengan Syamsuddin Sutan Makmur dan Rinto Alwi, Usmar dan kawannya mendirikan surat kabar Rakyat. Kemudian di Yogya, ia mendirikan harian Patriot dan majalah kebudayaan Arena. Pada tahun 1947 Usmar terpilih sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia.

Setelah mencoba jurnalistik, Usmar terjun dalam dunia perfilman. Pada 1950 Usmar dan kawan-kawannya mendirikan Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini). Usmar memproduksi film pertamanya Darah dan Doa tahun 1950, Enam Djam di Yogya tahun 1950 dan Dosa Tak Berampun”tahun 1951. 

Meskipun saat itu, fasilitas dan sarana sangat terbatas tapi tidak menghalangi pria kelahiran Minangkabau, 20 Maret 1921 untuk menghasilkan film yang tak kalah dengan dari film luar di tahun 1950an. 
Jaman dulu Film masih Hitam-Putih dan ini salah satu film karya Usmar Ismail yang Berjudul Pejuang.


Akhirnya, film pertamanya Darah dan Doa, atau lebih dikenal dengan judul asing The Long March, yang mengisahkan Long March pasukan Siliwangi diberi kesempatan diputar perdana di depan Presiden Soekarno. Kerja kerasnya membuahkan hasil yang luar biasa!

Dalam dunia perfilman Usmar Ismail telah menghasilkan 25 judul film. Beberapa karyanya mendapat penghargaaan dari pemerintah dan dalam berbagai festival film internasional. Hari pertama syuting film Darah Doa, 30 Maret, dinyatakan sebagai Hari Film Nasional.

Usmar Ismail adalah tokoh perfilman yang bekerja dengan penuh semangat dan kerja keras. Beliau mengembuskan nafasnya yang terakhir pada 2 Januari 1971 dalam usia 49 tahun karena pendarahan otak.
Meski Haji Usmar Ismail Mangkuto Ameh telah tiada, ia adalah sosok pejuang yang pantas menjadi teladan. Dan sebagai penghargaan atas perjuangannya, nama Bapak Perfilman H. Usmar Ismail digunakan di daerah Kuningan, Jakarta Selatan.

Sumber: Kidnesia/ berbagaisumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong Kritik dan Sarannya ya...