Saat melihat ada kecelakaan, perhatian utama biasa tertuju pada korban yang berdarah-darah dan tampak parah dan berteriak kesakitan. Padahal, penyebab utama kematian justru bukan pendarahan. Tetapi tersumbatnya pernafasan. Tersumbatnya jalur nafas dalam waktu sebentar langsung berakibat fatal, yaitu kematian. Maka prioritas perhatian kita saat menolong, harus mengecek dahulu apakah korban mengalami gangguan jalur penafasan atau tidak. Baru lihat lainnya.
Menurut Asti Puspitarini Amk, S.Sos, MMTr, paramedis YAGD 118, Jakarta, ciri tersumbatnya saluran pernafasan cukup jelas. "Tersumbatnya saluran nafas terjadi antara mulut dan kerongkongan. Bisa terjadi karena pendarahan. Cirinya seperti orang tersedak. Jadi mau nafas enggak bisa," terangnya.
Sebenarnya, selain karena pendarahan, tersumbatnya saluran nafas bisa karena makanan atau lidah yang jatuh ke belakang. "Seperti orang yang tidur ngorok, kan kadang tiba-tiba kayak berhenti, srok, gitu. Lalu terdiam, lalu bunyi lagi. Nah, itu lidahnya jatuh ke belakang, " tambahnya.
Bedanya, pada orang yang sadar, itu bisa diatasi, misal dengan miringkan badan atau bergerak. "Nah, pada korban yang enggak sadar, itu kan bisa bahaya. Karena jalur nafas tertutup. Sementara dia enggak sadar, maka risiko yang berakibat pada kematiannya sangat tinggi," papar perempuan ramah ini.
Jika kita menemukan hal itu pada kecelakaan, maka ada langkah darurat yang bisa dilakukan. Yaitu dengan memiringkan badan korban. "Istilahnya Log roll. tetapi, ingat, cara memiringkannya harus diperhatikan. Seirama seluruh badan. Jangan cuma kepala doang. Karena, takutnya ada cedera di leher, tempat susunan syaraf. Kesalahan itu malah berakibat kematian," ingat ibu berkulit putih ini.
Jika penyebabnya adalah karena tersumbat cairan darah, dan sudah ditangani medis, maka biasanya akan dilakukan penyedotan dengan alat khusus.
Kalau tersedaknya karena makanan dan dalam kondisi sadar, bisa dilakukan heimleich. Yakni mendorongkan perut ke kursi atau meja.
"Kalau kita menemukan kasus seperti itu misal ada teman yang tersedak, kita bisa berdiri di belakang, lalu tangan kita dihentakan di perutnya sampai makanan yang menjadi sumber kesedak keluar. Tapi itu untuk yang tersedak. Kalau korban kecelakaan kan tidak bisa begitu," lanjut Asti, panggilan akrabnya.
Itu tadi risiko pertama penyebab kematian pada kecelakaan. Risiko kedua yang juga bisa berujung korban meninggal dunia adalah terganggunya saluran nafas. Terganggu loh, bukan tersumbat. "Misal, nafas sesak atau tersengal-sengal. Kita harus perhatikan dari mana hal itu berasal. Misal dari dada yang tertekan atau sebab lain," tambahnya.
Baru deh, risiko yang ketiga dalam kecelakaan yang menyebabkan kematian. Yaitu, terganggunya sirkulasi peredaran darah.
"Terjadinya pendarahan atau luka parah yang menyebabkan korban mengeluarkan darah sangat banyak, termasuk dalam katagori ini. Otomatis, sirkulasi peredaran darah korban kan jadi terganggu. Jika dibiarkan dalam waktu lama, itu juga akan berakibat kematian," papar Asti yang murah senyum ini.
CEDERA LEHER
Perhatian pada cedera sekitar leher juga salah satu cara menghindari penanganan yang berakibat fatal dalam kecelakaan. Saat kita akan melakukan penanganan pertama pada kecelakaan, pastikan kondisi sekitar leher, atas atau bawahnya.
"Leher adalah tempat susunan syaraf. Jika terjadi cedera di situ dan cara mengangkat korban sembarangan, justru akan berakibat fatal," ingat Asti.
Jika ada memar, luka atau pendarahan di sekitar leher, maka jangan pernah untuk mengangkat kepala, atau membuka asal helm. "Ada caranya, jika tidak yakin bisa, mendingan hubungi pihak yang terkait, bisa dokter, paramedis pemadam kebakaran atau orang-orang yang paham," ucap perempuan yang rajin mengajar ke berbagai daerah ini.
Paling aman, sebelum diangkat, korban diberi stineboard, alias papan pelindung bagi leher, yang menahan posisi leher tetap stabil tidak bergerak-gerak. Hal ini yang paling sering terjadi di jalanan. Saat ada korban kecelakaan, orang buru-buru mengangkatnya ke pinggir atau ke mobil untuk dibawa ke rumah sakit terdekat.
Padahal, belum dicek benar kondisinya. Jangan sampai, niatan tulus ingin cepat menolongnya justru menjadi penyebab kematiannya. Nah, agar terhindar dari hal itu, maka, dari sekarang kita harus memahami.
"Ingat, jika korban ada pendarahan atau memar atau tanda cedera lainnya di sekitar leher, maka jangan sampai sembarangan ngangkat korban. Harus dalam satu kesatuan dan stabil," wanti Asti.
Berkaitan dengan sumber kematian pertama yaitu tersumbatnya saluran nafas yang harus memiringkan badan korban agar darah atau cairan enggak menutup kerongkongan, maka mesti hati-hati cara melakukannya. "Takutnya, saat kita mengantisipasi penyebab kematian utama, tetapi karena memiringkannya kepalanya bergerak dan dia ada cedera di kepala, malah akhirnya jadi fatal deh," terangnya.
Paling aman, jika ketemu kecelakaan, jangan buru-buru angkat, tapi pahami dulu. Lalu, siapkan alat bantu yang memungkinkan. Makanya, stineboard tampaknya memang jadi alat bantu penting dalam peralatan P3K. Kita tahu, jarang banget deh, yang siapkan stineboard. Padahal, sewaktu-waktu dibutuhkan alat bantu yang sangat berguna ini susah didapat.
Jangan sampai, karena menunggu stineboard yang umumnya dimiliki paramedis, lalu korban dibiarkan lama dalam pendarahan, itu tentunya juga bahaya. Atau bertindak gegabah dengan melakukan tindakan pertama yang salah, juga musti tetap dihindari.
Idealnya sih, setelah diperhatikan seksama kondisi korban, dan segeralah bertindak sesuai kemampuan penanganan pertama yang dimiliki. Paling aman, jika kondisi sudah terlalu parah dan tidak ada alat penanganan pertama yang memang diperlukan, hubungi petugas medis terdekat. Serahkan pada ahlinya. Jangan lakukan pertolongan yang malah bisa menyebabkan kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong Kritik dan Sarannya ya...